www.portalkabar.id – Alvirdo Alim Siswanto, seorang pria berusia 40 tahun dari Jalan Lebo Agung, Tambaksari, tiba-tiba menjadi perbincangan publik setelah video aksinya yang menunjukkan tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istrinya, IG, beredar luas di media sosial. Pria yang bekerja sebagai analis KPR di salah satu bank terkemuka di Surabaya itu telah dijemput oleh pihak berwajib untuk diperiksa lebih lanjut setelah viralnya video tersebut.
Penyidik dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya mengambil langkah cepat dengan melakukan pemeriksaan terhadap Alvirdo. Komunikasi antara pihak kepolisian, termasuk Kapolrestabes, dan Alvirdo pun diabadikan dalam sebuah video yang dibagikan di media sosial, menambah sorotan publik terhadap kasus ini.
Penasehat hukum dari pihak korban, Adrian Dimas Prakoso, mengungkapkan bahwa selama pemeriksaan, Alvirdo mengakui perbuatannya melakukan KDRT. Pengakuan tersebut disampaikan di hadapan penyidik pada saat dimintai keterangan, yang semakin menguatkan argumen bahwa tindakan kekerasan memang terjadi.
“Setelah diperiksa, terlapor sudah mengakui perbuatannya di hadapan Kapolres, yang dapat dilihat dalam video tersebut,” kata Adrian. Masyarakat kini menantikan progres dari kasus ini dengan penuh perhatian, berharap keadilan dapat ditegakkan secepatnya.
Dalam konteks hukum, Adrian menegaskan bahwa mereka telah melampirkan berbagai bukti yang mendukung adanya tindak pidana KDRT di dalam proses ini. Bukti-bukti yang disampaikan mencakup rekaman CCTV, keterangan saksi dari orang tua korban, serta hasil visum fisik yang telah dilakukan sebelumnya, memberikan landasan kuat untuk peningkatan status terlapor menjadi tersangka.
Proses Hukum dan Tindakan Selanjutnya terhadap Pelaku KDRT
Adrian menjelaskan bahwa semua bukti yang ada seharusnya cukup untuk menetapkan Alvirdo sebagai tersangka. “Kami merasa tidak ada alasan yang sah untuk menunda proses hukum terhadap terlapor,” katanya. Ia menyuarakan bahwa langkah selanjutnya harus diambil segera untuk memberikan kepastian hukum kepada korban.
Meskipun bukti sudah lengkap, Adrian tetap menekankan pentingnya visum psikiatrikum bagi korban. Ia menyatakan bahwa kliennya siap menjalani pemeriksaan psikis kapan saja, memberikan sinyal kepada pihak berwenang bahwa perhatian serius harus diberikan kepada kondisi mental korban.
“Klien kami telah mengalami trauma akibat tindak kekerasan ini. Oleh karena itu, visum psikis sangat penting untuk mendukung pengaduan yang telah diajukan,” tambahnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketiadaan visum psikis dapat menghambat proses hukum yang seharusnya berjalan mulus.
Pihak kepolisian, melalui Kanit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya, Iptu Edi Oktavianus Mamoto, mengungkapkan bahwa penyidik masih melakukan pendalaman terhadap kasus ini. “Kami mohon waktu untuk menyelesaikan proses ini dengan baik,” jelasnya, menunjukkan sikap hati-hati dalam menangani kasus sensitif ini.
Situasi ini telah menarik perhatian publik dan menimbulkan empati terhadap korban, terutama dari tokoh-tokoh di masyarakat. Beberapa di antaranya menunjukkan dukungan kepada Irene, istri dari Alvirdo, dalam menghadapi situasi sulit ini.
Dukungan Masyarakat Terhadap Korban KDRT di Surabaya
Setelah berita kasus ini merebak, banyak orang merasa perlu untuk menunjukkan dukungan kepada korban. Tokoh publik, termasuk Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, juga memberikan perhatian khusus terhadap kasus KDRT yang menimpa Irene, menekankan pentingnya perlindungan terhadap perempuan.
Sikap tegas dari para tokoh publik ini diharapkan dapat mendorong penegakan hukum yang lebih baik dalam kasus KDRT. Masyarakat berharap bahwa tindakan serius diambil agar korban tidak merasa sendirian dan mendapatkan keadilan yang layak.
Adanya dukungan luas dari masyarakat kepada korban menunjukkan bahwa kasus ini bukan hanya masalah individu, tetapi juga merupakan isu sosial yang mendalam. Kesadaran masyarakat terhadap KDRT harus terus ditingkatkan untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan.
Dengan segala perhatian dan tindakan yang diambil, warga Surabaya dan sekitarnya kini semakin sadar akan seriusnya masalah kekerasan dalam rumah tangga. Banyak harapan yang tersemat agar kasus ini dapat menjadi momentum untuk perubahan dalam perlindungan hak-hak perempuan.
Media sosial pun berperan penting dalam membangun kesadaran dan memfasilitasi dukungan kepada korban. Penyebaran informasi yang cepat melalui platform tersebut membantu menjadikan kasus ini lebih transparan dan mengundang perhatian berbagai kalangan.
Pentingnya Kesadaran Terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kasus KDRT seperti yang dialami oleh Irene mengingatkan kita semua akan pentingnya kesadaran kolektif terhadap masalah ini. Tidak hanya terjadi di kalangan tertentu, tetapi KDRT bisa menimpa siapapun tanpa mengenal status sosial. Oleh karena itu, pendidikan mengenai kekerasan dalam rumah tangga menjadi hal yang krusial.
Diperlukan adanya kampanye luas untuk mengedukasi masyarakat tentang berbagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan cara-cara melindungi diri. Selain itu, informasi mengenai saluran bantuan yang tersedia juga perlu disebarkan secara efektif.
Pendekatan komunitas untuk memerangi KDRT juga sangat penting. Masyarakat harus bersatu untuk menciptakan lingkungan yang mendukung korban, khususnya perempuan, agar mereka bisa melapor tanpa rasa takut akan stigma atau penolakan.
Dengan demikian, kesadaran dan dukungan yang kuat dari masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kasus KDRT dan memberi harapan baru kepada para korban dalam mendapatkan hak dan perlindungan yang layak.
Akhirnya, perubahan yang signifikan dalam perspektif masyarakat mengenai KDRT dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan memberi ruang bagi penyembuhan bagi semua korban. Menumbuhkan kepedulian dan empati adalah kunci untuk memperbaiki keadaan sosial yang ada dan menjamin masa depan yang lebih baik.
