www.portalkabar.id – Di tengah tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada 2 Juli 2025, sejumlah nelayan menunjukkan sikap heroik mereka dengan berani mengevakuasi korban. Tindakan yang berani ini tidak hanya memberikan harapan bagi mereka yang terjebak, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya solidaritas di antara masyarakat, terutama di saat-saat kritis.
Para nelayan yang terlibat dalam penyelamatan tersebut menerima penghargaan dari anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo Soekartono. Bentuk penghargaan ini meliputi uang tunai serta sembako, sebagai bentuk apresiasi atas keberanian mereka yang tidak terbantahkan.
Dari 14 nelayan yang terlibat, Lukman Hakim dan Saifullah menjadi dua nama yang menonjol karena keberanian mereka dalam menghadapi risiko di lautan. Persepsi publik mengenai pahlawan, kini selaras dengan tindakan mereka yang heroik di tengah mimpi buruk yang dialami para penumpang kapal.
Penyelamatan yang Berani di Tengah Lautan
Lukman Hakim, seorang nelayan dari Dusun Pebuahan, Desa Banyu Biru, Jembrana, mendengar teriakan meminta tolong saat ia sedang memancing. Ia segera bergegas menuju suara tersebut, menggunakan lampu senter sebagai panduan di kegelapan malam. Dari situ, ia menemukan seorang pria yang terombang-ambing dengan pelampung kecil di lehernya.
Tanpa ragu, Lukman menolong pria tersebut meskipun pada saat itu ia belum menyadari bahwa ada sejumlah korban lain. Setelah menyelamatkan satu korban, ia tidak berhenti dan mulai mencari yang lain, menunjukkan sikap kepedulian yang luar biasa. “Saya bawa lima korban, semuanya selamat,” ungkapnya dengan bangga.
Selama proses penyelamatan, Lukman tetap berpikir kritis. Setelah beberapa korban berhasil dibawa ke perahu, ia tidak mengabaikan kebutuhan akan bantuan lain. “Perahu saya sudah tidak muat lagi. Ikan yang saya dapat, saya lepas lagi supaya perahu tetap kuat,” imbuhnya.
Kepedulian yang Meluas di Kalangan Nelayan
Aksi heroik ini tidak berhenti hanya pada satu individu. Saifullah, nelayan lainnya, juga ikut berkontribusi dalam misi penyelamatan ini. Mendapat kabar dari anaknya yang bekerja di Pelabuhan Ketapang, Saifullah pun segera berangkat ke laut dalam ketidakpastian situasi di sana. “Saya tidak bisa tidur. Jadi langsung berangkat ke laut. Saya ajak satu teman yang lain,” katanya.
Dengan perahu yang lebih besar, Saifullah dan temannya bekerja sama untuk mengevakuasi sejumlah korban. Dalam proses tersebut, mereka berhasil menyelamatkan belasan orang. “Kami berdua selamatkan yang berada di sekoci,” cetusnya bangga atas hasil kerja sama tersebut.
Kesigapan dan keberanian Saifullah membuahkan hasil, di mana mereka berhasil membawa tujuh korban, di mana enam di antaranya selamat. “Teman saya bawa delapan orang. Tujuh selamat dan satu korban,” tambahnya, menunjukkan betapa pesatnya tanggapan para nelayan. Ini membuktikan bahwa perahu mereka lebih dari sekadar alat untuk menangkap ikan; itu adalah simbol harapan bagi kehidupan yang tersisa.
Penghargaan Untuk Para Pahlawan Laut
Melihat aksi luar biasa ini, Bambang Haryo Soekartono memberikan penghargaan yang pantas bagi para nelayan. “Saya juga akan menyampaikan ke pihak terkait, seperti Basarnas, agar para nelayan ini bisa diangkat menjadi bagian dari tim penyelamat,” ujarnya. Tindakan ini menjadi langkah positif untuk menghargai dedikasi para nelayan yang berani mengambil risiko demi menyelamatkan nyawa.
Dalam acara penghargaan tersebut, jumlah uang yang diberikan bervariasi, mulai dari Rp1 juta hingga Rp10 juta untuk setiap nelayan yang berpartisipasi. Penghargaan ini menjadi pengingat bahwa keberanian dan solidaritas dapat menghasilkan dampak positif yang tidak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga oleh seluruh masyarakat.
Pejabat setempat mengharapkan insiden ini bukan hanya menjadi momen keprihatinan, tetapi juga menjadi perhatian dalam pengembangan sistem penyelamatan maritim yang lebih baik di masa depan. Melalui kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, setiap orang dapat berkontribusi untuk mencegah tragedi serupa dari terjadi di kemudian hari.