www.portalkabar.id – Penyanyi reggae terkenal, Ferdinandus Juventinus Bredjon, lebih akrab disapa Fredi Kayaman, kini kembali ke kampung halamannya di Banyuwangi. Pria kelahiran 1961 ini telah tinggal di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro selama tiga tahun, merasakan kedamaian serta keindahan alam yang ditawarkan daerah tersebut.
Selama berada di Banyuwangi, Fredi mengaku telah menemukan kenyamanan hidup yang sulit didapatkan di tempat lain. Bersama istrinya, Angela Mericy, mereka menikmati suasana desa yang tenang dan udara sejuk, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota.
Fredi Kayaman dikenal luas dalam dunia musik reggae di Indonesia. Dengan delapan album di bawah namanya, ia telah menciptakan sejumlah lagu hits, termasuk “Ale Hitam” dan “Sayap yang Patah,” yang kerap dinyanyikan oleh penggemar.
Perjalanan karier musik Fredi dimulai pada tahun 1992, dan ia telah tampil di banyak festival musik dalam dan luar negeri. Terutama di kalangan para penggemar reggae, namanya telah menjadi emblazoned dalam ingatan banyak orang.
Pada awal Agustus tahun lalu, Fredi mendapat kesempatan untuk tampil di Jepang, di sebuah acara yang diadakan oleh para diaspora Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ia kembali ke Banyuwangi, penggemarnya di luar negeri tetap mendukung dan mengikutinya.
Selama bertahun-tahun, Fredi lebih banyak bermukim di Bali, khususnya di Singaraja dan Kuta. Baginya, Bali adalah tempat yang pas untuk mengekspresikan musik reggae, yang sangat digemari oleh wisatawan asing yang datang untuk menikmati keindahan pulau tersebut.
Kehidupan Fredi berubah ketika ibunya sakit dan ia memutuskan pulang ke Banyuwangi pada tahun 2022. Bersama dengan istrinya, ia menemani sang ibu hingga akhir hayat, merasakan kehilangan yang mendalam.
“Ibu saya asli dari Kelir. Meskipun saya sering pulang, kali ini adalah untuk menemani ibu hingga akhir,” ucapnya dengan nada sedih.
Banyuwangi, bagi Fredi, bukan hanya sekadar kampung halaman. Suasana alam yang asri dan tenang memberikan ketenangan jiwa. Dikelilingi perbukitan dan kebun kopi, suasana malam yang dingin menjadi pelengkap perjalanan hidupnya.
Namun, tantangan muncul ketika ia menyadari bahwa penggemar musik reggae di Banyuwangi masih terbilang sedikit. Hal ini membuatnya merasa kesulitan mengekspresikan seni yang selama ini dijaga dan ditunjukkannya.
“Awalnya memang sulit, tetapi komunitas di sini sangat mendukung. Kami saling bantu untuk menghidupkan kembali musik ini,” kata Fredi dengan harapan baru.
Di tengah kemajuan teknologi, Fredi memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk berinteraksi dengan penggemarnya. Bersama Angela, mereka aktif membuat konten di YouTube, Instagram, dan TikTok, mengedukasi dan menghibur para penggemar dengan musiknya.
“Kami berusaha membuat konten secara rutin. Setiap minggu, minimal dua kali. Kami juga memperkenalkan berbagai hal berkaitan dengan musik,” ungkapnya dengan semangat.
Tidak hanya sekadar aktif di media sosial, Fredi juga sering diundang untuk manggung. Ia dengan senang hati menerima undangan tersebut, baik di Banyuwangi maupun daerah lain.
“Saya biasanya berangkat naik motor ke tempat manggung. Sudah empat motor yang habis, sekarang saya pakai yang baru ini,” katanya sambil menunjukkan motor Honda Supra X yang terparkir di halaman rumah.
Fredi memiliki keinginan besar untuk mengembangkan musik reggae di Banyuwangi. Ia ingin memulai inisiatif kecil agar musik ini dapat dikenal lebih luas di daerah kelahirannya.
Membangun Komunitas Musik Reggae di Banyuwangi
Saling mendukung antar anggotanya, komunitas musik reggae di Banyuwangi mulai terlihat ada. Fredi aktif berintegrasi dan mengajak para musisi lokal untuk bergabung dalam setiap acara yang diadakan. Dengan keterlibatan komunitas, harapannya adalah menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk genre musik ini.
Untuk mewujudkan keinginannya, Fredi berencana menggelar pertunjukan mini. Dia ingin mengenalkan musik reggae melalui acara-acara yang dapat diakses oleh masyarakat lokal, sehingga mereka lebih familier dengan genre ini.
Langkah pertama diambil dengan dukungan dari aparatur desa. Fredi merasa optimis bahwa pertunjukan semacam ini bisa menarik perhatian generasi muda untuk mengapresiasi musik reggae. Ia percaya, dengan kemauan dan kerja sama, musik ini dapat berkembang di Banyuwangi.
“Kami mulai dari langkah kecil. Semoga ini bisa menjadi batu loncatan untuk mengenalkan reggae di sini,” ujarnya penuh harapan.
Persiapan untuk album baru juga menjadi agenda penting Fredi. Saat ini, dia telah memiliki tiga lagu yang siap dirilis, dan masih mencari lagu tambahan untuk melengkapinya. Keberhasilan album ini diharapkannya bisa memacu semangat berkarya bagi musisi lain di daerahnya.
Menghadapi Tantangan dan Peluang Baru
Di tengah semangat yang menggelora, Fredi tidak menampik adanya tantangan. Ia menyadari, industri musik sering kali tidak mudah untuk dinavigasi. Namun, tantangan tetap dianggap sebagai bagian dari perjalanan yang harus ditempuh.
Lihat saja, industri musik yang mulai beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Hal ini memaksa para musisi untuk bernavigasi dengan lebih kreatif agar dapat terus bersaing dengan artis lain.
Fredi bertekad untuk tidak menyerah. Ia terus menciptakan musik baru, berusaha membangun jaringan yang lebih kuat dengan sesama musisi. Keberhasilan di media sosial memberikan dorongan untuk terus berkarya, meski minimnya dukungan langsung di wilayah asal.
“Setiap tantangan harus dihadapi dengan optimis. Saya yakin setiap langkah kecil akan membawa perubahan besar,” ungkapnya dengan tekad yang kuat.
Bersama komunitas yang terbentuk dan dukungan dari penggemar, Fredi berharap musik reggae bisa mendapatkan tempat di hati masyarakat Banyuwangi. Dia percaya, bahwa cinta terhadap musik adalah bahasa universal yang dapat menyatukan semua orang.
Membangun Generasi Pencinta Musik Reggae di Masa Depan
Pendidikan musik bisa menjadi jembatan untuk mengembangkan minat generasi muda terhadap reggae. Fredi berencana untuk melibatkan anak-anak dan remaja dalam pelatihan dan workshop, di mana mereka dapat belajar langsung dari para musisi.
“Kami ingin generasi muda tidak hanya mendengarkan musik tetapi juga merasakan proses kreatif di baliknya,” jelasnya bersemangat. Dengan rasa ingin tahu dan kreativitas, generasi muda bisa ikut berperan aktif dalam evolusi musik di Banyuwangi.
Kolaborasi antar musisi juga menjadi salah satu fokus utama Fredi. Dia berencana menggandeng beberapa musisi lokal untuk menciptakan karya-karya baru, menciptakan sinergi yang akan membantu mempopulerkan genre ini lebih jauh.
“Dengan kolaborasi, kami bisa saling belajar dan mengembangkan diri masing-masing. Music adalah tentang kerja sama,” ujarnya penuh keyakinan.
Fredi Kayaman telah menjalani berbagai suka dan duka dalam perjalanan kariernya. Kembali ke Banyuwangi berarti memulai babak baru, dan dia bertekad untuk menuliskan kisah indah bagi musik reggae di daerahnya.
