www.portalkabar.id – Monumen patung Ayam Jago yang terletak di Kecamatan Lakarsantri, Surabaya, tidak hanya sekadar sebuah tonggak sejarah, melainkan juga simbol kebangkitan budaya lokal. Diharapkan keberadaannya mampu menarik perhatian masyarakat dan anak-anak untuk menjelajahi nilai-nilai sejarah di baliknya.
Patung ini berdiri tegak di perempatan lampu merah Babatan, menjadi pengingat akan perjuangan Joko Berek atau Raden Sawunggaling, tokoh legendaris yang memiliki andil besar dalam sejarah Kota Surabaya. Dengan demikian, monumen ini diharapkan dapat menciptakan kesadaran dan rasa bangga masyarakat terhadap warisan budaya mereka.
Camat Lakarsantri, Yongky Kuspriyanto Wibowo, menegaskan pentingnya monumen ini sebagai penanda sejarah yang diharapkan dapat meningkatkan wisata di kawasan Lidah Wetan. Menurutnya, monumen yang megah ini seharusnya menjadi daya pikat bagi wisatawan untuk datang dan belajar lebih banyak tentang sejarah daerah tersebut.
“Dengan adanya monumen ini, kami berharap wisata sejarah dan religi di kawasan Lidah Wetan dapat berkembang dengan baik,” ujar Yongky. Dia menggarisbawahi perlunya pengembangan infrastruktur penunjang yang memadai, termasuk taman dan area parkir agar pengunjung merasa nyaman.
Yongky juga menekankan bahwa upaya penataan di sekitar monumen perlu dilakukan agar kawasan tersebut lebih menarik. Ia merasa terkejut dengan kualitas monumen yang telah dibangun, yang ternyata sangat memuaskan masyarakat setelah mereka lama menantikan realisasinya sejak tahun 2023.
Pentingnya Inovasi Destinasi Wisata Sejarah di Surabaya
Kota Surabaya memiliki banyak warisan sejarah yang menarik untuk dieksplorasi. Selain menjadi tempat tinggal banyak warga, kota ini juga kaya akan nilai-nilai sejarah yang bisa menjadi daya tarik wisatawan. Monumen Ayam Jago hanyalah salah satu contoh dari potensi wisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Wisata edukasi yang terintegrasi di sekitar monumen ini diharapkan dapat membantu anak-anak memahami sejarah bangsanya dengan cara yang menyenangkan. Dalam konteks ini, tempat ibadah atau makam Joko Berek bisa menjadi tambahan pengalaman yang kaya bagi pengunjung.
Perekonomian juga bisa diuntungkan dengan adanya ekosistem wisata yang baik. Dengan banyaknya pengunjung yang datang, perdagangan lokal, makanan, dan kerajinan tangan bisa berkembang menjadi lebih baik. Hal ini tentu akan berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat setempat.
Kerjasama antar pihak juga dibutuhkan untuk menciptakan sinergi dalam pengembangan wisata ini. Masyarakat setempat diharapkan berperan aktif dalam mengelola dan mempromosikan potensi wisata di daerah mereka. Hal ini bisa menjadi salah satu model keberhasilan dalam pengembangan pariwisata lokal.
Monumen Ayam Jago sebagai Ekosistem Wisata Religi
Kehadiran Monumen Ayam Jago ini tidak hanya sebagai destinasi wisata sejarah, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai lokasi wisata religi. Makam Joko Berek yang berada tidak jauh dari monumen ini dapat menarik pengunjung yang ingin mengenal lebih dalam tentang tokoh sejarah tersebut.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Lidah Wetan, M. Andi Bocor, menyoroti kemungkinan kolaborasi antara wisata edukasi dan religi. Menurutnya, potensi ini bisa ditingkatkan dengan menyediakan fasilitas yang mendukung, sehingga pengunjung merasa nyaman saat berkunjung ke lokasi tersebut.
“Kearifan lokal yang ada di sini dapat dijadikan sarana untuk menumbuhkan minat masyarakat dalam mempelajari sejarah,” ujarnya. Dengan sinergi antara monumen dan makam, pengunjung dapat mendapatkan pengalaman spiritual yang lebih kaya.
Selain itu, pengembangan area di sekeliling monumen juga menjadi penting. Taman-taman yang indah dan tempat bersantai akan membuat pengunjung betah berlama-lama. Dengan begitu, daya tarik kawasan ini bisa semakin meningkat.
Harapan untuk Penataan dan Peningkatan Fasilitas di Sekitar Monumen
Penataan kawasan di sekitar monumen perlu menjadi prioritas dalam pengembangan wisata ini. Fasilitas yang memadai seperti tempat parkir, ruang terbuka hijau, dan area bermain untuk anak-anak akan meningkatkan kenyamanan pengunjung. Semakin baik pengelolaan infrastruktur, semakin banyak orang yang mau datang.
Yongky juga menegaskan perlunya partisipasi masyarakat dalam proses penataan ini. Masyarakat dapat dilibatkan dalam program pengelolaan area wisata yang akan dilaksanakan, memberi mereka rasa memiliki terhadap lokasi tersebut. Dengan cara ini, pengunjung pun akan merasakan atmosfer lokal yang lebih kental.
Tidak dapat dipungkiri bahwa wisata sejarah sekaligus religi memberikan lapisan kehidupan baru bagi masyarakat sekitar. Ketika masyarakat berperan aktif, dampak positifnya akan lebih besar dan berkelanjutan. Oleh karena itu, komitmen bersama untuk memajukan wisata di kawasan ini sangat diperlukan.
Secara keseluruhan, Monumen Ayam Jago di Kecamatan Lakarsantri bukan hanya sebuah patung, tetapi juga simbol harapan untuk pembangunan komunitas yang berbudaya dan berkeadilan. Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait lainnya, diharapkan potensi wisata ini dapat berkembang ke arah yang lebih baik.