www.portalkabar.id – Dalam sebuah peristiwa yang menyentuh hati, jenazah Fauzey bin Awang, seorang warga negara Malaysia yang menjadi korban kapal tenggelam, berhasil diidentifikasi dan dimakamkan di Banyuwangi. Proses pemakaman ini berlangsung dengan penuh emosional dan didasari atas wasiat almarhum kepada keluarganya, yang menegaskan keinginannya untuk dimakamkan di tempat yang spesial bagi dirinya.
Fauzey, yang berusia 58 tahun, memiliki latar belakang yang kompleks. Ia adalah suami dari seorang wanita yang berasal dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi, dan juga memiliki anak dari pernikahan pertamanya di Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan keluarganya melibatkan dua negara yang berbeda.
Pesan terakhir yang ia kirim menggunakan Whatsapp kepada anaknya sangat menyentuh. Dalam pesannya, Fauzey mengekspresikan harapannya untuk dimakamkan di dekat makam guru yang sangat dihormatinya di Dusun Lidah, Desa Yosomulyo. Keinginan inilah yang menjadi dasar langkah-langkah selanjutnya terkait pemakamannya.
Proses Identifikasi dan Pemakaman Jenazah yang Berkesan
Setelah menerima kabar tentang tenggelamnya kapal KMP Tunu Pratama Jaya, upaya pencarian dilakukan untuk menemukan dan mengidentifikasi korban. Tim pencari sangat berkomitmen untuk memastikan semua korban dapat diidentifikasi dengan baik. Proses identifikasi berlangsung intensif dan akhirnya Fauzey berhasil dikenali.
Keluarga dari kedua belah pihak, baik yang ada di Banyuwangi maupun Malaysia, menyatukan keteguhan hati mereka untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Fauzey. Mereka bertemu di RSUD Blambangan untuk merencanakan langkah selanjutnya. Momen ini menjadi simbol persatuan atas kehilangan yang mereka alami.
Setelah upacara selesai di rumah sakit, kedua keluarga sepakat untuk menjalankan wasiat Fauzey. Mereka saling memberi dukungan dan berkomitmen untuk memenuhi harapan almarhum. Pada Jumat malam, jenazah Fauzey disalatkan di Masjid Madani sebelum dilakukan pemakaman.
Kesepakatan Antara Keluarga dan Pihak Kedutaan
Langkah yang diambil oleh kedua belah pihak keluarga dalam memenuhi wasiat Fauzey mencerminkan pentingnya komunikasi dan kerjasama di saat berduka. Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra, menegaskan bahwa kesepakatan tersebut merupakan hasil dari dialog yang baik antara kedua pihak keluarga.
Sebaliknya, keputusan ini juga melibatkan pihak Kedutaan Besar Malaysia. Mereka memberikan persetujuan dan mendukung pemakaman di Banyuwangi, yang merupakan tempat yang diinginkan almarhum. Hal ini menunjukkan bagaimana dukungan diplomatik dapat berkontribusi dalam mengatasi situasi kehilangan.
Proses pemakaman itu juga menjadi kesempatan bagi keluarga dan masyarakat untuk merenungkan tentang hidup dan hubungan antar manusia. Dalam suasana haru, para kerabat dan tetangga berkumpul untuk memberikan dukungan dan doa bagi almarhum. Semua berkumpul dalam satu tujuan: memberikan penghormatan terakhir yang layak bagi Fauzey bin Awang.
Makna Mendalam di Balik Pemakaman
Pengalaman ini membawa banyak makna, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat sekitar. Pemakaman Fauzey bukan sekedar acara seremonial, tetapi juga merupakan pertemuan dua dunia, yakni Malaysia dan Indonesia, melalui satu individu yang mencintai kedua tempat ini. Hal ini menunjukkan bagaimana batasan geografis tidak menghalangi rasa cinta dan ikatan keluarga.
Setiap orang yang hadir dalam pemakaman merasakan dampak emosional yang mendalam. Kehilangan seorang sosok yang berarti bagi banyak orang tentu meninggalkan bekas yang sulit terlupakan. Namun, kenangan-kenangan indah dan wasiat yang ditinggalkan almarhum akan terus hidup dalam setiap cerita yang dibagikan oleh orang-orang terdekatnya.
Di tengah duka, ada pelajaran yang bisa dipetik. Pentingnya menghargai hubungan antar manusia, berkomunikasi dengan baik, dan memenuhi keinginan orang yang kita cintai adalah hal-hal yang perlu diingat. Tidak jarang, momen-momen seperti ini membawa kita untuk lebih menghargai kehidupan serta merenungkan aspek spiritual yang lebih dalam.