www.portalkabar.id – Musim budaya di Lautan Pasir Bromo kembali menghiasi alam dengan keindahan dan makna mendalam melalui acara Eksotika Bromo 2025. Festival ini direncanakan berlangsung pada 20 hingga 22 April 2025, dengan tema “Ruwat Rawat Segoro Gunung” yang sarat dengan pelestarian tradisi serta ekosistem.
Acara ini menyuguhkan berbagai pertunjukan seni yang menggambarkan kearifan lokal dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, festival ini juga mengajak masyarakat untuk mendalami hubungan harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu pertunjukan yang sangat dinanti adalah Kidung Tengger, sebuah sendratari kolosal yang menceritakan legenda Joko Seger dan Roro Anteng. Pertunjukan ini akan dilaksanakan di latar belakang keindahan Bromo, menghadirkan esensi cinta dan pengorbanan masyarakat Tengger yang berpegang teguh pada tradisi.
Mempersembahkan Pertunjukan Seni yang Menyentuh Hati
Festival ini diisi dengan berbagai jenis representasi budaya, mulai dari musik Tong Tong khas Madura hingga perkusi tradisional dari Tengger. Sedangkan Festival Perkusi Jawa Timuran akan semakin menghidupkan suasana dengan irama alat musik khas daerah, menciptakan nuansa spiritual yang kental.
Eksotika Bromo 2025 juga menampung beragam seniman dan kelompok seni dari seluruh Indonesia, termasuk Arca Tataswara, Tikacya, dan tempatan lainnya seperti Jaranan Lumajang. Penampil-penampil yang elegan dan berbakat akan menjadikan festival ini pengalaman budaya yang tak terlupakan.
Beberapa nama besar di industri seni, seperti Olivia Zalianty dan DJ QQS, juga turut meramaikan acara ini. Penampilan mereka akan menghadirkan suasana yang lebih berwarna, memperkaya pengalaman penonton di festival ini.
Workshop dan Lomba yang Menginspirasi Masyarakat
Rangkaian acara festival juga mencakup Workshop Fotografi yang akan dilaksanakan pada 19 Mei 2025. Acara ini akan menghadirkan fotografer profesional yang berpengalaman, seperti Rahmad Hidayat dan Fendi Siregar, untuk berbagi pengetahuan dan teknik kepada peserta.
Selain workshop, lomba fotografi, tari, dan musik akan digelar pada 21 hingga 22 Juni 2025. Lomba ini terbuka bagi komunitas dan masyarakat umum, memberikan kesempatan kepada semua orang untuk berpartisipasi dalam merayakan seni dan budaya Indonesia.
Juri-juri berkualitas dan berkompeten akan terlibat dalam menilai karya peserta, termasuk Mamuk Ismuntoro dan Julian Romadhon. Dengan adanya kompetisi ini, diharapkan akan muncul talenta-talenta baru yang mampu membawa budaya Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi.
Menggali Makna Tema “Ruwat Rawat Segoro Gunung”
Tema festival, “Ruwat Rawat Segoro Gunung,” mengandung makna yang dalam dan holistik. Ruwat diartikan sebagai proses pembersihan dari berbagai energi negatif, berfungsi sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan kehidupan.
Rawat, di sisi lain, menunjukkan pentingnya pelestarian budaya dan tradisi yang telah diwariskan. Keduanya merupakan pilar utama untuk melestarikan warisan yang sangat berharga bagi generasi mendatang.
Segoro Gunung melambangkan hubungan erat antara alam, khususnya lautan pasir dan gunung, dengan kehidupan masyarakat setempat. Pemahaman ini penting dalam menjaga keseimbangan dan harmoni antara manusia dan lingkungan.
Keterlibatan Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
Pelestarian lingkungan notabene menjadi bagian utama dari acara ini. Setiap pengunjung diharapkan membawa bibit pohon untuk ditanam di kawasan lereng Bromo saat musim hujan, memperlihatkan komitmen konkret terhadap keberlanjutan alam.
Tindakan ini tak hanya menjadi simbol, tetapi juga mendorong masyarakat untuk proaktif dalam menjaga lingkungan. Pelibatan publik dalam kegiatan ini menandakan betapa pentingnya peran serta individu dalam pelestarian alam.
Eksotika Bromo tahun ini menjadi penyelenggaraan yang kedelapan sejak diluncurkan pertama kali pada 2017. Kembali diprakarsai oleh komunitas seni, sinergi antara pelaku budaya dan pengelola konservasi semakin menguatkan kesadaran akan pelestarian kawasan Bromo.