www.portalkabar.id – Konferensi CTRL+J APAC 2025 yang diadakan pada 22 Juli di Jakarta berhasil memfasilitasi pertemuan antara jurnalis, akademisi, dan penggiat media dari seluruh Asia-Pasifik. Acara yang dimotori oleh beberapa organisasi tersebut bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan standar baru jurnalisme yang berkualitas, terutama di tengah kemajuan pesat teknologi kecerdasan buatan.
Dalam ajang ini, para pemimpin dan ahli media berbagi pandangan tentang tantangan dan peluang yang dihadapi jurnalisme di era digital. Salah satu sorotan utama adalah bagaimana teknologi dapat mengubah cara kerja jurnalistik dan dampaknya terhadap kredibilitas informasi yang disampaikan kepada publik.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Nezar Patria, menjadi pembicara kunci yang memberikan perspektif optimis tentang potensi penggunaan kecerdasan buatan dalam dunia jurnalistik. Ia menyampaikan bahwa teknologi dapat mempermudah proses analisis data dan pembuatan konten, sehingga meningkatkan efisiensi kerja jurnalis.
Namun, Nezar juga mengingatkan akan risiko yang dapat muncul dari penggunaan AI, seperti potensi menyebarnya informasi yang tidak akurat. Ia menekankan pentingnya pembentukan mekanisme akuntabilitas untuk menjaga kualitas informasi yang disampaikan kepada masyarakat.
Dalam minggu pertama konferensi, sesi panel yang diisi oleh berbagai ahli mencakup topik diskusi mengenai tantangan yang dihadapi media independen. Michael Markovitz dari Afrika Selatan menyoroti bahwa meskipun jurnalisme adalah layanan publik yang mendasar, pendanaannya masih sangat terbatas.
Ia menggambarkan jurnalisme sebagai barang publik yang vital, sama seperti kebutuhan dasar lainnya, namun mendapati bahwa infrastruktur pendanaan bagi media belum memadai. Hal ini menciptakan kesenjangan dukungan bagi media independen dalam menjalankan fungsi sosialnya.
Pentingnya Regulasi Inklusif dalam Menghadapi AI
Maia Fortes dari Associação de Jornalismo Digital (AJOR) di Brasil menyampaikan pandangannya mengenai regulasi AI dalam jurnalisme. Ia berargumen bahwa regulasi yang inklusif sangat penting untuk memastikan bahwa dampak dari teknologi ini justru memperkuat ekosistem jurnalisme digital.
Menurutnya, langkah ini juga perlu diambil untuk menjaga stabilitas demokrasi yang kian terancam oleh disinformasi. AJOR mendorong kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan kebijakan publik yang mendukung keberagaman dalam jurnalisme.
Ketua Umum AMSI, Wahyu Dhyatmika, turut menyoroti pentingnya kerja sama antarnegara Global South untuk meningkatkan daya tawar media lokal dalam menghadapi raksasa teknologi. Ia mencatat bahwa media lokal sering kali berada dalam posisi yang lemah dan butuh dukungan regulasi yang lebih baik.
Sikap solidaritas lintas negara dan berbagi praktik terbaik dianggap krusial dalam pengembangan kebijakan media yang lebih adil dan menyejahterakan. Dengan dukungan ini, media lokal diharapkan dapat beroperasi dengan lebih mandiri dan efektif.
Di sisi lain, dalam kesempatan tersebut, PR2MEDIA menyerahkan hasil penelitian tentang dana jurnalisme kepada Dewan Pers. Ini menunjukkan komitmen para pemangku kepentingan untuk meningkatkan kualitas jurnalisme di Indonesia yang sering kali kekurangan pendanaan.
Urgensi Pembentukan Dana untuk Jurnalisme Publik
Masduki dari PR2MEDIA menekankan bahwa sudah saatnya untuk membentuk dana abadi yang dapat mendukung keberlangsungan jurnalisme publik yang independen. Dalam pandangannya, keberadaan dana tersebut wajib disertai dengan regulasi yang tegas untuk memastikan bahwa media tidak tergantung pada sumber pendanaan yang dapat memengaruhi independensi mereka.
Ia mengingatkan bahwa proses pembuatan kebijakan di Indonesia sering kali membutuhkan waktu yang lama, sehingga urgensi pendanaan untuk jurnalisme publik menjadi semakin mendesak. Hal ini dinyatakan demi menjaga standard kualitas yang layak bagi informasi yang diterima publik.
Dahlan Dahi, anggota Dewan Pers yang menerima hasil studi tersebut, menyatakan dukungannya untuk menindaklanjuti temuan yang telah disampaikan. Komitmennya tersebut menunjukkan harapan untuk menciptakan ekosistem jurnalisme yang lebih baik dan berkualitas tinggi di Indonesia.
Dengan adanya acara seperti konferensi ini, diharapkan semua pihak yang terlibat dapat saling mendengarkan dan berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan jurnalisme yang berintegritas. Tantangan di era digital membutuhkan solusi inovatif dan kolaboratif agar jurnalisme dapat terus berfungsi sebagai pilar demokrasi.
Melalui kerja sama yang lebih baik dan dukungan regulasi yang tepat, kita bisa berharap masa depan jurnalisme menjadi lebih cerah dan mampu menghadapi berbagai tantangan di era teknologi informasi saat ini. Kualitas informasi adalah hal yang sangat penting untuk masyarakat agar dapat terus mendapatkan berita dan pengetahuan yang akurat dan berimbang.