www.portalkabar.id – Temuan tiga sumber air panas di kawasan Air Terjun Kedung Gupit di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, telah menarik perhatian sejak 2021. Akan tetapi, hingga saat ini, pengembangan potensi tersebut masih terhambat oleh sejumlah faktor, termasuk bencana alam yang mengganggu pembangunan infrastruktur yang sudah dimulai.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat, Joko Trihono, mengungkapkan bahwa meskipun pembangunan akses menuju lokasi air panas hampir rampung, kendala yang muncul justru datang dari alam. Terlebih, bencana banjir yang tidak terduga menjadi penghalang bagi warga untuk menyelesaikan proyek secara mandiri.
Saat ditemui, Joko menyebutkan bahwa sekitar 80 persen jalan yang dibangun oleh masyarakat telah selesai. Namun, kejadian banjir besar yang merusak infrastruktur membuat masyarakat mempertanyakannya.
Joko juga menjelaskan bahwa daerah tersebut tidak pernah mengalami banjir sebelumnya, sehingga peristiwa itu menimbulkan ketidakpastian dan mitos lokal mengenai pengembangan lokasi tersebut. Masyarakat ragu untuk melanjutkan pengembangan karena kepercayaan bahwa bencana itu adalah isyarat untuk tidak membuka daerah wisata baru.
Potensi Wisata Alam di Magetan Meskipun Terdampak Bencana
Magetan memiliki potensi untuk menjadi salah satu tujuan wisata alam yang menarik dengan adanya tiga sumber air panas tersebut. Apabila dikembangkan secara serius, kawasan ini bisa menyusul Pacet di Mojokerto, yang dikenal sebagai lokasi wisata air panas. Joko mengakui bahwa potensi ini sangat menjanjikan.
Namun, tantangan terbesar adalah mengubah pola pikir masyarakat yang terpengaruh oleh mitos. Mino, salah satu warga setempat, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak negatif yang ditimbulkan jika lokasi dibuka untuk wisatawan.
Ada keyakinan di kalangan masyarakat bahwa air panas tersebut harus tetap terjaga dan tidak boleh dijadikan tempat komersial. Joko menyatakan perlunya pendekatan yang lebih edukatif untuk mengatasi keraguan ini dan memperkenalkan manfaat ekonomi dari pengembangan sektor pariwisata.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya pelibatan masyarakat dalam proses pengembangan tersebut. Keterlibatan masyarakat akan membuat mereka merasa memiliki tempat wisata yang akan dibuka, sehingga bisa lebih mendukung keberlanjutannya.
Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal
Salah satu strategi yang diusulkan untuk mengedukasi masyarakat adalah memperkenalkan potensi ekonomi yang bisa dihasilkan dari sektor pariwisata. Joko berharap dengan memberikan pemahaman yang lebih baik, masyarakat bisa melihat peluang yang ada daripada terbelenggu oleh mitos-mitos negatif.
Tidak hanya itu, komunikasi yang transparan antara pemerintah dan warga juga perlu dibangun. Joko menegaskan bahwa memimpin dengan contoh dan melakukan sosialisasi akan menjadi langkah awal yang baik untuk menjalin kepercayaan.
Pemanfaatan teknologi juga dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkenalkan kawasan wisata ini. Dengan memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya, informasi terkait pengembangan dapat tersebar luas dan menarik perhatian calon wisatawan.
Pengembangan wisata di Kedung Gupit dapat dilakukan tanpa mengabaikan nilai-nilai kearifan lokal yang ada. Dengan pendekatan yang feminis dan inklusif, kawasan ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan potensi wisata dengan tetap menghargai budaya setempat.
Manfaat Ekonomi dan Sosial dari Pengembangan Sumber Air Panas
Pembukaan kawasan wisata air panas di Kedung Gupit dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat. Selain menciptakan lapangan kerja baru, keberadaan tempat wisata akan mendorong pengembangan usaha lokal, seperti kuliner dan kerajinan tangan.
Joko optimis bahwa apabila dikelola dengan baik, keuntungan yang didapatkan tidak hanya akan dinikmati oleh pengusaha besar, tetapi juga oleh komunitas lokal. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan akan memastikan pembagian hasil yang adil dan berkelanjutan.
Di samping manfaat ekonomi, pengembangan wisata juga bisa membawa dampak sosial yang positif. Masyarakat akan lebih tergugah untuk berkolaborasi dan bersinergi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan destinasi wisata baru ini.
Harapan ke depan adalah untuk mencapai keseimbangan antara pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi. Dengan cara ini, Kedung Gupit tidak hanya akan dikenal sebagai destinasi wisata, tetapi juga akan tetap menjaga kearifan lokal yang melekat di dalamnya.
Joko menutup harapannya dengan keyakinan bahwa dengan pendekatan yang tepat, potensi wisata di Kedung Gupit dapat terwujud. Ia optimis bahwa lokasi ini bisa menjadi salah satu destinasi unggulan pariwisata di wilayah eks-Karesidenan Madiun tanpa mengesampingkan kepercayaan dan tradisi yang ada di masyarakat.