www.portalkabar.id – Pemerintah Kabupaten Ponorogo resmi membuka Grebeg Suro 2025 dengan nuansa yang berbeda. Selasa malam (17/6/2025), ribuan warga memadati Alun-Alun dalam perayaan budaya tahunan yang terasa makin istimewa.
Ini adalah Grebeg Suro pertama setelah Reog Ponorogo diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Semangat warga dan pemerintah menyatu dalam satu tujuan, yakni menjadikan Ponorogo sebagai kota kreatif dunia.
Reog Ponorogo dan Pengakuan UNESCO
Grebeg Suro tahun ini menjadi sangat spesial, terutama karena pengakuan internasional yang didapat Reog Ponorogo. Dengan adanya pengakuan ini, dampaknya sangat luas, tidak hanya dalam konteks pelestarian budaya, tetapi juga membawa angin segar bagi perekonomian daerah. Pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk mempromosikan kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata yang menarik. Ini saat yang tepat bagi Ponorogo untuk menunjukkan eksistensinya di pentas global.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, menekankan pentingnya momen ini: “Ini merupakan Grebeg Suro pertama setelah Reog resmi diakui dunia. Kini kami bersiap menuju predikat kota kreatif dunia.” Ungkapan ini mencerminkan harapan besar warga Ponorogo untuk mengangkat citra kebudayaannya ke tingkat yang lebih tinggi, termasuk dalam rangkaian jaringan kota-kota kreatif dunia.
Inovasi dan Modernisasi di Grebeg Suro 2025
Tahun ini, Grebeg Suro juga menghadirkan konsep yang sangat visioner. Panggung utama tampil futuristik dengan kombinasi video mapping, musik pop Jawa, dan tata cahaya modern. Hal ini dirancang untuk memikat generasi muda dan menyambut masa depan seni budaya Ponorogo. Dalam konteks ini, inovasi menjadi salah satu kunci untuk menarik perhatian generasi milenial, agar mereka tetap melestarikan dan mencintai budaya lokal.
“Desain panggung dibuat selaras dengan semangat anak muda. Mereka adalah pewaris seni tradisi ini,” ungkap Bupati Sugiri, menegaskan pentingnya memberdayakan kaum muda dalam preservasi budaya. Dalam upaya ini, pemerintah daerah tidak hanya fokus pada pelestarian, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi. Pelestarian budaya bukan sekadar menjaga warisan, tetapi juga membuka peluang ekonomi, dengan harapan budaya menjadi kekuatan ekonomi rakyat.
Keberlanjutan inisiatif ini sangat terasa, dan harapan masyarakat Ponorogo untuk memperoleh pengakuan resmi sebagai bagian dari UNESCO Creative Cities Network semakin dekat. Proses penilaian dijadwalkan pada akhir tahun 2025, dan untuk itu, pembangunan infrastruktur budaya terus dikebut, termasuk Monumen Reog yang ada di Kecamatan Sampung sebagai penguat identitas kota.
Dengan gelora Grebeg Suro 2025, Ponorogo tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga sedang bergerak cepat menuju pengakuan dunia. Dari tanah warok ini, kreativitas dan inovasi ditumbuhkan untuk melestarikan budaya yang diwariskan oleh para leluhur. “Grebeg Suro menjadi salah satu semangat kami menuju kota kreatif dunia,” tutup Bupati Sugiri Sancoko, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi demi mencapai tujuan besar ini.
www.portalkabar.id – Pemerintah Kabupaten Ponorogo resmi membuka Grebeg Suro 2025 dengan nuansa yang berbeda. Selasa malam (17/6/2025), ribuan warga memadati Alun-Alun dalam perayaan budaya tahunan yang terasa makin istimewa.
Ini adalah Grebeg Suro pertama setelah Reog Ponorogo diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Semangat warga dan pemerintah menyatu dalam satu tujuan, yakni menjadikan Ponorogo sebagai kota kreatif dunia.
Reog Ponorogo dan Pengakuan UNESCO
Grebeg Suro tahun ini menjadi sangat spesial, terutama karena pengakuan internasional yang didapat Reog Ponorogo. Dengan adanya pengakuan ini, dampaknya sangat luas, tidak hanya dalam konteks pelestarian budaya, tetapi juga membawa angin segar bagi perekonomian daerah. Pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk mempromosikan kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata yang menarik. Ini saat yang tepat bagi Ponorogo untuk menunjukkan eksistensinya di pentas global.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, menekankan pentingnya momen ini: “Ini merupakan Grebeg Suro pertama setelah Reog resmi diakui dunia. Kini kami bersiap menuju predikat kota kreatif dunia.” Ungkapan ini mencerminkan harapan besar warga Ponorogo untuk mengangkat citra kebudayaannya ke tingkat yang lebih tinggi, termasuk dalam rangkaian jaringan kota-kota kreatif dunia.
Inovasi dan Modernisasi di Grebeg Suro 2025
Tahun ini, Grebeg Suro juga menghadirkan konsep yang sangat visioner. Panggung utama tampil futuristik dengan kombinasi video mapping, musik pop Jawa, dan tata cahaya modern. Hal ini dirancang untuk memikat generasi muda dan menyambut masa depan seni budaya Ponorogo. Dalam konteks ini, inovasi menjadi salah satu kunci untuk menarik perhatian generasi milenial, agar mereka tetap melestarikan dan mencintai budaya lokal.
“Desain panggung dibuat selaras dengan semangat anak muda. Mereka adalah pewaris seni tradisi ini,” ungkap Bupati Sugiri, menegaskan pentingnya memberdayakan kaum muda dalam preservasi budaya. Dalam upaya ini, pemerintah daerah tidak hanya fokus pada pelestarian, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi. Pelestarian budaya bukan sekadar menjaga warisan, tetapi juga membuka peluang ekonomi, dengan harapan budaya menjadi kekuatan ekonomi rakyat.
Keberlanjutan inisiatif ini sangat terasa, dan harapan masyarakat Ponorogo untuk memperoleh pengakuan resmi sebagai bagian dari UNESCO Creative Cities Network semakin dekat. Proses penilaian dijadwalkan pada akhir tahun 2025, dan untuk itu, pembangunan infrastruktur budaya terus dikebut, termasuk Monumen Reog yang ada di Kecamatan Sampung sebagai penguat identitas kota.
Dengan gelora Grebeg Suro 2025, Ponorogo tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga sedang bergerak cepat menuju pengakuan dunia. Dari tanah warok ini, kreativitas dan inovasi ditumbuhkan untuk melestarikan budaya yang diwariskan oleh para leluhur. “Grebeg Suro menjadi salah satu semangat kami menuju kota kreatif dunia,” tutup Bupati Sugiri Sancoko, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi demi mencapai tujuan besar ini.