www.portalkabar.id – Kejadian tak terduga terjadi di Sekolah Dasar Negeri Gebang 01, Kabupaten Jember, Jawa Timur, ketika atap ruang Kelas 6 tiba-tiba ambrol pada siang hari. Insiden ini mengejutkan seluruh pihak yang terlibat, terutama karena saat itu ruang kelas dalam keadaan kosong, menyisakan hanya satu guru yang berada di dalamnya.
Luvianti, wali Kelas 6, merasa sangat bersyukur tidak ada siswa yang berada di dalam kelas saat atap roboh. Dia menjelaskan bahwa situasi lebih buruk dapat terjadi jika siswa masih berada di lokasi saat kejadian berlangsung. Ketika memanggil satpam untuk memeriksa kerusakan, didapatkan informasi bahwa atap tersebut rusak karena telah dimakan rayap.
Peristiwa ini membuat pihak sekolah segera merencanakan relokasi siswa Kelas 6 ke laboratorium ilmu pengetahuan alam sampai perbaikan selesai dilakukan. Kepala Sekolah SDN Gebang 01, Maria Eva Titik Sunarko, memiliki harapan bahwa perbaikan dapat dilakukan dengan cepat agar siswa dapat kembali belajar di kelas mereka mulai awal September.
Rencana Perbaikan Sarana Pendidikan yang Tersendat
Maria juga mengundang Komite Sekolah untuk membahas lebih lanjut terkait masalah ini. Hal ini dilakukan guna memastikan semua pihak memahami kondisi fisik bangunan sekolah dan keperluan anggaran untuk perbaikan. Dia menjelaskan bahwa Dana BOS telah dianggarkan, tetapi jumlahnya tidak mencukupi untuk semua perubahan yang diperlukan.
Sejarah kerusakan bangunan di sekolah ini tampaknya cukup panjang, dengan Maria mengungkapkan bahwa ini bukanlah kali pertama atap runtuh. Ruang guru juga pernah mengalami ambrol pada Maret tahun lalu, serta ruang Kelas 5A dan Kelas 2 yang memiliki masalah kebocoran. Semua ini menunjukkan perlunya perawatan rutin dan perhatian ekstra terhadap infrastruktur sekolah.
Dalam wawancara, Maria menjelaskan bahwa insiden yang menimpa ruang guru terjadi akibat muatan yang tidak seharusnya ada di sana, seperti kucing yang bersarang. Dalam keadaan ini, potongan atap juga sempat melukai kepala Maria, beruntung ia tidak mengalami cedera serius. Kejadian tersebut menunjukkan betapa rentannya fasilitas yang ada dan betapa pentingnya untuk segera ditangani.
Pragmatisme dalam Penanganan Kerusakan Bangunan Sekolah
Berdasarkan pengamatan lanjutan, Maria telah mencatat bahwa banyak ruang kelas yang membutuhkan perbaikan dengan urgensi tinggi. Meskipun demikian, anggaran dari Dana BOS yang hanya sebesar 20 persen dari total Rp 180 juta tidak cukup untuk melakukan semua perbaikan sekaligus. Hal ini menyiratkan perlunya kerja sama yang lebih baik antara sekolah dan pemerintah lokal dalam mencari dana tambahan.
Selain melakukan perbaikan secara bertahap, Maria menyatakan rencananya untuk melapor kepada Dinas Pendidikan guna mendapatkan bantuan. Dia menyadari pentingnya proses formal dalam meminta dukungan, meskipun hasilnya belum bisa dipastikan. “Saya ingin memastikan SD Gebang 01 bisa bertahan dan berkembang meski dengan keterbatasan yang ada,” ujarnya.
Satu langkah precursory yang diambil adalah memutus sambungan listrik di seluruh ruang kelas. Ini adalah tindakan pencegahan yang bijaksana untuk menghindari risiko lebih lanjut di tengah kondisi atap yang tidak stabil. Insiden kehilangan daya listrik sebelumnya akibat air yang terakumulasi di kipas juga menjadi alasan di balik keputusan ini.
Peranan Pemerintah dalam Memperbaiki Kondisi Pendidikan
Merespons situasi ini, Wakil Ketua DPRD Jember, Widarto, mengakui perlunya pemerintah daerah untuk bekerja lebih keras agar mendapatkan dana tambahan dari pemerintah pusat. Situasi yang dialami di SDN Gebang 01 mencerminkan realitas yang harus disikapi lebih serius. “Kita harus memastikan bahwa kondisi sekolah itu layak dan aman untuk proses belajar-mengajar,” tuturnya.
Untuk menjamin pendidikan yang berkualitas, Widarto menekankan bahwa investasi dalam sarana dan prasarana pendidikan adalah langkah awal yang krusial. Pemenuhan fasilitas yang memadai tidak hanya akan meningkatkan kualitas pendidikan tetapi juga berkontribusi pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di sektor pendidikan.
Dia juga menekankan pentingnya dukungan finansial yang lebih besar, tidak hanya melalui APBD tetapi juga program-program langsung dari kementerian. Dalam situasi di mana dana transfer daerah mungkin berkurang, strategi ini menjadi semakin penting untuk menjaga kesinambungan pendidikan yang baik di daerah tersebut.
