www.portalkabar.id – Warga Desa Kedungmaling di Mojokerto menunjukkan semangat kreatif dan kebersamaan mereka dengan cara yang unik untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80. Mereka membangun gapura dari seng bekas yang dihiasi mural bertema kritik sosial, menggambarkan situasi di negeri ini yang masih menghadapi tantangan meski telah merdeka selama delapan dekade.
Gapura setinggi hampir lima meter ini terletak di Gang Puskesmas RT 25 RW 9, di kawasan strategis yang menghubungkan Surabaya dengan Madiun. Struktur yang didirikan secara swadaya ini merupakan perwujudan aspirasi warga yang ingin menyampaikan pesan antikorupsi dan keadilan sosial melalui karya seni.
Pada gapura berbentuk huruf ‘U’ terbalik ini, terdapat lukisan-lukisan yang menyampaikan berbagai kritik sosial. Sementara di sisi lain, lukisan para pahlawan nasional menambah nilai estetika dan historis, melambangkan kebanggaan terhadap perjuangan kemerdekaan yang telah diraih.
Desain gapura yang menyiratkan keberagaman, juga ide kreatif warga, mampu menarik perhatian para pengendara yang lewat. Setiap detail dari mural dan struktur gapura ini bercerita, menciptakan interaksi antara seni dan masyarakat.
Makna di Balik Gapura dan Mural yang Ada
Gapura dengan mural berisi pesan moral dan kritik tersebut bukan sekadar ornamen, melainkan simbol dari kondisi bangsa. Penggunaan seng bekas menjadi metafora dari ketahanan dan kerentanan Indonesia, menyinggung bahwa meski sudah merdeka, negara ini masih memiliki banyak persoalan yang harus dihadapi.
Mural di gapura menggambarkan tikus berkemeja, simbol korupsi, yang menjadi pengingat bahwa meskipun menghadapi berbagai rintangan, masyarakat seharusnya tidak kehilangan harapan untuk hidup lebih baik. Pesan-pesan yang tergambar membawa semangat untuk terus berjuang demi keadilan dan kesejahteraan bagi semua.
Para warga, termasuk anak-anak Karang Taruna, terlibat langsung dalam proses pembuatan lukisan dan gapura ini. Mereka berkolaborasi secara gotong royong dalam menciptakan karya yang ditujukan untuk mengekspresikan suara serta aspirasi komunitas mereka.
Partisipasi dan Semangat Gotong Royong dari Komunitas
Pembuatan gapura dilakukan dengan semangat gotong royong yang kental terlihat dalam kolaborasi warga. Proses ini memakan waktu satu hari satu malam, menunjukkan antusiasme dan komitmen mereka untuk menciptakan karya yang penuh makna.
Penggalangan dana pun dilakukan secara sederhana, mengandalkan sumbangan sukarela dari warga sekitar. Iuran tersebut bervariasi, mulai dari nominal kecil, tetapi mampu terkumpul menjadi total yang signifikan untuk merealisasikan proyek ini.
Seluruh material yang digunakan, termasuk seng bekas dan bambu, diperoleh dari sumbangan warga. Dalam laporan Ketua RT 25, Basuki, terdapat juga warga yang secara sukarela menyuplai makanan dan minuman untuk mendukung proses kerja bakti tersebut.
Pesan dan Aspirasi yang Diharapkan melalui Gapura Ini
Warga berharap bahwa gapura yang mereka bangun bisa menjadi pengingat bagi pemerintah tentang ketidakadilan yang masih ada. Banyak warga yang merasa terpinggirkan dan tidak mendapatkan hak mereka, terutama dalam hal bantuan sosial.
Ketua RT Basuki menjelaskan bahwa ada sejumlah keluarga yang tidak mendapatkan bantuan meskipun tergolong kurang mampu, mengindikasikan ketidakadilan dalam distribusi bantuan. Lepas dari kritik, harapannya agar pemerintah dapat lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Lewat gapura ini, warga menyalurkan aspirasi mereka dengan harapan supaya masalah sosial ini tidak diabaikan. Mereka ingin semua lapisan masyarakat merasakan manfaat dari pembangunan dan sumber daya yang ada.
Inisiatif Warga Tanpa Lomba Resmi
Proyek pembuatan gapura ini bersifat inisiatif dari warga tanpa adanya perlombaan resmi yang melatarbelakanginya. Ide muncul secara spontan, menandakan bahwa semangat merayakan kemerdekaan masih hidup di kalangan warga.
Dengan tidak adanya tekanan dari lomba, kolaborasi ini terdengar lebih genuine dan autentik. Masing-masing warga memberikan kontribusi terbaiknya, membawa semangat gotong royong yang selalu menjadi jati diri bangsa.
Basuki menegaskan bahwa semua pihak berpartisipasi dengan hati dan jiwa, sehingga menghasilkan sebuah karya kolektif yang berkualitas. Semua lukisan dan bangunan gapura ini diharapkan dapat menciptakan kesadaran akan isu-isu sosial yang ada, serta menjadi pengingat bagi generasi mendatang.