www.portalkabar.id – Musyawarah Daerah (Musda) VI Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) baru saja diselenggarakan dengan sukses di sebuah hotel di Surabaya. Acara yang berlangsung sejak 13 Juni ini diharapkan dapat menjadi titik balik untuk kebangkitan seni dan budaya di daerah tersebut, dengan fokus pada pengembangan strategi yang lebih efektif dan demokratis.
Tahukah Anda bahwa dalam era modern ini, peran kebudayaan semakin penting? Terutama dalam konteks lokal, kebudayaan tidak hanya sebagai identitas tetapi juga sebagai edifikasi sosial. Musda ini menghasilkan sejumlah rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi dasar bagi DKJT untuk mencapai tujuan tersebut.
Struktur Organisasi Baru DKJT yang Inklusif
Rangkaian acara Musda VI menghasilkan perubahan signifikan di dalam struktur organisasi DKJT. Dipimpin oleh sebuah Presidium Kolektif beranggotakan tujuh orang, kini representasi anggota mencakup lima Bakorwil dan sepuluh subkultur seni budaya dari Jawa dan Madura. Penguatan struktur kesekjenan dilakukan dengan penambahan divisi Komite untuk fokus pada bidang seni tertentu serta Departemen yang bertugas menangani fungsi administratif. Khususnya, ada pula Departemen yang akan melaksanakan sepuluh Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK).
Transformasi ini menunjukkan komitmen DKJT untuk menciptakan ruang yang lebih inklusif bagi semua elemen seni dan budaya, memberikan kesempatan bagi lebih banyak suaranya untuk didengar. Hal ini penting agar setiap kebudayaan dapat berkontribusi pada pengembangan kebudayaan daerah secara keseluruhan.
Peranan Komunitas dalam Memajukan Seni dan Budaya
Komunitas seniman dan budayawan juga memainkan peranan penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem seni di Jawa Timur. Dalam konteks Musda VI, terpilih pula beberapa nama baru yang diharapkan dapat mengemban amanah ini. Di antara mereka adalah tokoh-tokoh yang telah memiliki rekam jejak dalam pengembangan seni dan budaya di lingkungan mereka masing-masing. Salah satunya adalah Nonot Sukrasmono, yang pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) selama lima periode. Pengalaman ini menjadi modal yang kuat untuk menghubungkan tradisi dan inovasi di dalam seni.
Selain itu, Imam Mubaroq, yang juga merupakan anggota baru di Presidium, menunjukkan keterlibatan aktif dalam kegiatan seni dan budaya yang berbasis nilai-nilai keislaman. Keterlibatan tokoh-tokoh ini menandakan adanya komitmen untuk memajukan seni dan budaya dengan cara yang lebih terbuka dan inklusif.
Dengan sinergi ini, diharapkan semua pihak dapat bergerak bersama memperkuat kebudayaan lokal. Hal ini tentu memberikan dampak yang signifikan bagi generasi mendatang, agar mereka memiliki hubungan yang kuat dengan warisan budaya, dan menghasilkan inovasi yang sejalan dengan perkembangan zaman. Dengan motto “Seni untuk Semua”, semoga langkah-langkah strategis yang diambil selama Musda VI dapat membawa perubahan yang positif bagi seni dan budaya di Jawa Timur.