www.portalkabar.id – Ketahanan pangan menjadi isu yang semakin mendesak di berbagai daerah, termasuk Surabaya, yang memiliki populasi mencapai 3,02 juta jiwa. Dalam menghadapi tantangan ini, inovasi dalam produksi pangan sangat diperlukan agar kebutuhan bahan makanan, khususnya beras, dapat terpenuhi secara optimal.
Keberadaan lahan pertanian yang ada di Surabaya, seperti lahan sawah terbentang seluas 1.127,3 hektare, menawarkan potensi besar untuk dikembangkan. Namun, faktor produktivitas dan inovasi harus menjadi prioritas agar hasil pertanian bisa lebih meningkat dan berkelanjutan.
Dalam konteks ini, kebutuhan akan beras yang mencapai 15.775 ton setiap bulan menunjukkan betapa mendesaknya langkah-langkah yang harus diambil. Penggunaan bahan pangan alternatif seperti beras singkong bisa menjadi solusi cerdas yang tidak hanya menjamin ketersediaan pangan namun juga memperkuat ketahanan ekonomi lokal.
Inovasi Pertanian untuk Menyokong Kemandirian Pangan Kota
Pemerintah Kota Surabaya perlu memanfaatkan potensi lahan yang ada dengan optimal. Dengan mengolah singkong menjadi beras, diharapkan tercipta sumber karbohidrat yang lebih berkelanjutan dan tetap terjangkau harganya.
Hasil pertanian singkong memiliki produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan padi, yakni bisa mencapai lima kali lipat. Jika hasil ini dapat dioptimalkan, maka ketahanan pangan di Surabaya bisa terjaga lebih baik.
Pentingnya inovasi ini juga ditegaskan oleh kader PDI Perjuangan, yang mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam memajukan sektor pertanian. Melalui penyediaan lumbung pangan kota, warga dapat diuntungkan dengan keberadaan cadangan pangan yang cukup.
Mendorong Keterlibatan Semua Pihak dalam Produksi Pangan
Keterlibatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam teknologi dan metode produksi pangan. Penelitian mengenai beras singkong dapat diharapkan menghasilkan varietas unggul yang lebih produktif dan tahan terhadap hama.
Pelibatan lembaga penelitian dalam bidang pangan juga penting untuk menciptakan produk yang sehat dan terjangkau. Dengan demikian, kesejahteraan petani lokal dapat terjaga melalui produk yang memiliki nilai tambah tinggi.
Keberhasilan program ini tidak hanya bertumpu pada pemerintah, namun juga memerlukan kesadaran masyarakat untuk beralih ke alternatif pangan yang lebih berkelanjutan. Dengan mempopulerkan makanan pendamping beras, masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya keragaman konsumsi pangan.
Dampak Positif Pangan Alternatif bagi Masyarakat
Penerapan pangan alternatif seperti beras singkong dapat membantu mengurangi ketergantungan pada beras konvensional. Jika semua potensi ini bisa dimanfaatkan, maka Surabaya bisa menjadi contoh daerah lainnya dalam menciptakan kemandirian pangan.
Selain bermanfaat untuk ketahanan pangan, penggunaan bahan alternatif juga akan mendukung kesehatan masyarakat. Pengolahan singkong yang tepat bisa menghasilkan produk yang kaya nilai gizi dan lebih bersahabat dengan lingkungan.
Gagasan mengenai peningkatan potensi lahan pertanian dan pemanfaatan teknologi dalam produksi pangan jelas menunjukkan arah kebijakan yang tepat. Seluruh stakeholder diharapkan dapat saling mendukung agar langkah ini bisa terwujud dalam waktu dekat.
Dengan pelaksanaan strategi ini, Surabaya tidak hanya akan mendapatkan kemandirian pangan, tetapi juga meningkatkan keberdayaan ekonomi lokal. Penguatan kapasitas petani melalui program pelatihan juga harus dilakukan agar masyarakat bisa mandiri dalam menciptakan kebutuhan pangan sendiri.
Akhirnya, semua upaya untuk memperkuat ketahanan pangan di Surabaya perlu dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. Melalui kerjasama antar berbagai instansi dan komunitas, cita-cita untuk menjadikan Surabaya sebagai daerah yang mandiri dalam pangan tentu bisa terwujud.